
Jakarta – Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengaku terkesan dengan kesepakatan Presiden Joko Widodo dalam membangun sektor pariwisata. Menurut catatannya, inilah satu-satunya Presiden Republik Indonesia selama ini yang paling serius mendorong pariwisata.
“Dan konkret! Tidak basa-basi, cepat dan sudah terasa impact-nya dalam lima tahun terakhir,” saya Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Junaedy, dalam keterangan tertulis, Kamis (18/7/2019).
Didien yang sudah 50 tahun berkecimpung di industri pariwisata tersebut menyampaikan dia tidak pernah bosan menekuni industri ini.
“Kalau orang nomor satunya mau, semua akan bergerak! Begitu pun sebaliknya. Saya melihat dia ini sangat concern dengan pariwisata,” kata Didien.
Bahkan, hingga di final masa jabatannya pun, berdasarkan Didien, semangat mengakibatkan Indonesia sebagai destinasi kelas dunia masih sangat tinggi. Dia mengamati presiden yang dalam sebulan terakhir fokus kunjungan kerja ke beberapa destinasi.
“Dari meninjau Bitung, Manado, Sulawesi Utara, hingga ke Labuan Bajo Komodo. Goa Batu Cermin pun dia kunjungi,” ungkap Didien.
Joglosemar, Jogja Solo Semarang juga dirapatkan khusus, untuk mengakibatkan destinasi di daerah segitiga pariwisata itu. Harapannya, devisa dari bisnis pariwisata segera meroket, sekaligus memberi benefit kepada masyarakat yang ada di sana.
“Buat GIPI, kami beruntung punya presiden yang serius di pariwisata,” kata Didien.
Terakhir, 15 Juli 2019, Presiden Jokowi lagi-lagi mengumpulkan para stakeholder di destinasi super prioritas, ke Istana Negara. Ada Gubernur Sumatera Utara, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur NTB, Gubernur NTT, Menteri Pariwisata, Kabekraf, untuk lebih cepat lagi membangun destinasinya.
“Infrastruktur di-support besar-besaran, semoga susukan dan koneksi antardestinasi semakin kuat,” ungkapnya.
Didien yang menjadi saksi sejarah itu mengaki gres kali ini mendapat sosok pemimpin yang bersungguh-sungguh membangun industri pariwisata.
“Tidak gampang lho, membuat sebuah destinasi kelas dunia! Apalagi masyarakat sudah punya ekspektasi yang sangat tinggi, ingin cepat-cepat punya daerah ibarat Nusa Dua Bali,” papar Didien.
“Saya masih ingat, untuk membuat Nusa Dua ibarat kini butuh waktu 20-30 tahun. Padahal itu di Pulau Bali, yang secara generik sudah ratusan tahun sudah punya tradisi dan budaya pariwisata yang kuat. Menciptakan Bali Baru itu, benar-benar harus super ekstra serius, dari alam, budaya, buatan, SDM-nya, masyarakatnya, pemerintahnya, semua harus satu visi satu tujuan,” ungkapnya.
Didien juga sering memakai istilah Penthelix Model, harus ada kekuatan bersama, spirit bersama, antara Academician, Business, Community, Government, Media. Kekompakan dan kesamaan visi dari mereka inilah yang akan membuat sebuah daerah itu dapat melompat lebih cepat. “Dari sisi Government, saya melihat sudah sangat cepat dan responsive,” lanjut Didien.
“Kebetulan saya ikut dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo beberapa lalu. Saat itu disampaikan mengenai pembangunan pariwisata. Beliau kaget alasannya ternyata untuk membangun Nusa Dua diharapkan waktu hingga 20-30 tahun. Dan berdasarkan Presiden itu sangat lama,” kata Didien.
Didien menilai, kondisi itu terjadi karena pemerintahan sebelumnya tidak ada yang berani mengangkat pariwisata atau pariwisata tidak menjadi prioritas. Baru pada kurun Joko Widodo, selama lima tahun berturut-turut menempatkan pariwisata sebagai sektor prioritas.
“Baru pada pemerintahan Joko Widodo juga ada penetapan 10 Destinasi Prioritas, atau 10 Bali Baru. Destinasi-destinasi top di Indonesia mulai digarap. Dan karenanya sudah terlihat. Proses pembangunannya jauh lebih cepat dari Nusa Dua zaman dulu,” papar Didien.
Ia mencontohkan cara daerah Mandalika, Nusa Tenggara Barat, yang dibangun dengan sangat serius. Bahkan, targetnya pada tahun 2020 Mandalika akan mempunyai sirkuit internasional untuk menggelar MotoGP. Ini luar biasa, menempatkan Indonesia satu level dengan negara-negara di dunia.
“Mandalika termasuk dalam 10 Destinasi Prioritas. Pembangunannya sangat gencar. Mandalika akan mempunyai sirkuit internasional yang akan menggelar MotoGP. Ini juga salah satu bukti. Bahkan tidak hingga 10 tahun jikalau dihitung dari penetapan sebagai destinasi prioritas,” paparnya.
Didien pun dengan tegas mendukung pernyataan Presiden Joko Widodo yang akan memakai orang-orang yang sigap dan mempunyai terobosan. Karena pariwisata membutuhkan orang-orang ibarat itu.
“Baru kali ini juga pariwisata sukses menjahit industri di 3A, Atraksi Akses Amenitas, dengan cantik. Mengkolaborasi semua industri yang bersentuhan dengan pariwisata, dan kami salut,” ungkapnya.
Ditambahkannya, Presiden Joko Widodo yaitu sosok yang punya political will jelas. Komitmen yang tegas, dan kemauan keras. “Dan semua diterjemahkan dengan baik oleh seorang Arief Yahya. Sebagai seorang Menteri Pariwisata, Arief Yahya selalu mempunyai inovasi. Selalu mempunyai terobosan. Ini sangat luar biasa,” ujarnya.
Sebagai pengusaha, dia bersama teman-teman di GIPI juga ikut semangat, alasannya banyak terobosan baru, banyak teknologi digital, banyak melaksanakan deregulasi, yang mengakibatkan sektor ini semakin eksis. Di mana-mana orang memperbincangkan business opportunity dari pariwisata di wilayahnya masing-masing. “Suasana ini tidak pernah terjadi sebelumnya,” saya Didien.
Dia mengaku tidak pernah menentang kegiatan digitalisasi yang diangkat Menteri Pariwisata Arief Yahya alasannya dunia memang cepat berubah, customers juga berubah, dan mustahil resisten dengan perubahan zaman.
“Kalau tidak cepat, kita akan kalah bersaing dengan negara-negara tetangga yang juga memakai teknologi digital,” pungkasnya.
Simak Video “Ubud Akan Kaprikornus Percontohan Destinasi Kuliner Kelas Dunia “
[Gambas:Video 20detik]
Sumber detik.com